r untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.
“Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!”
“Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!”
“Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!”
Tapi sang anak tidak mau beranjak. “Papa, aku boleh pinjam uang Rp 10.000 nggak?”
“Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur”
“Tapi papa..”
“Sudah, sekarang tidur” suara sang Ayah mulai meninggi.
Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.
Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri
anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp
30.000.
Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata “Maafin Papa ya!
Kenapa kamu minta uang malam-malam begini.. Besok kan masih bisa.
Jangankan Rp.10.000, lebih dari itu juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?”
“Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.”
“Iya..iya..tapi buat apa??” tanya sang Papa.
“Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8. Aku mau ajak Papa main
ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau
waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka
tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 30.000. Tadi Papa bilang, untuk satu
jam Papa dibayar Rp 40.000.. Karena uang tabunganku hanya Rp.30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 10.000 dari Papa” Sang Papa cuma terdiam.
Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil
menangis. Mendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia
seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis..
Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..
“Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.
“Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa bekerja keras.
Maafkan Papa anakku” kata sang Papa ditengah suara tangisnya.
Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papanya.
=================================================
Saya ingin bertanya kepada Anda saat ini..
Sebetulnya, apakah alasan Anda untuk bekerja sangat keras dan mencari kesuksesan karir Anda?
Demi uang yang banyak? Atau sesungguhnya demi keluarga Anda?
Seringkali kita bekerja terlalu sibuk sehingga kita melupakan bahwa di akhir, keluargalah yang terpenting.
Tidak ada gunanya Anda sukses tapi pada akhirnya keluarga Anda telah
meninggalkan Anda atau hubungan Anda dengan keluarga telah rusak.
Sesungguhnya, untung anak tersebut bicara dan komunikasi dengan orang tuanya untuk mencurahkan perasaannya.
Sering kali, anak cenderung diam dan bahkan tidak berbicara sama sekali tentang kondisinya kepada orang tua.
Ketika di tanya mereka hanya menjawab “Tidak ada apa-apa”
Bagaimana caranya Anda bisa menyelesaikan masalah jikalau Anda bahkan tidak tahu masalahnya dimana?
Hal ini sering kali terjadi pada anak dan khususnya terjadi pada anak di masa remaja.
Mereka merasa diabaikan/ditinggalkan, tidak di cintai, tidak dihargai oleh orang tuanya sendiri..
Pertanyaan berikutnya mungkin cukup berat untuk Anda..
“Menurut Anda, lebih baik Anda mencintai anak Anda atau Anak Anda merasa di cintai oleh Anda?”
Coba renungkan jawaban dari pertanyaan tersebut..
Sumber:https://iphincow.com/2013/04/18/membeli-waktu/#more-618
Tidak ada komentar:
Posting Komentar